beberapa info menarik lagi tentang Dompu

Menikmati Kuliner Kota Dompu


Patung Pacuan Kuda, Dompu.
Sumber

Memasuki gerbang kota, jangan lewatkan untuk mengabadikan momen di simpang patung kuda, yang juga menjadi simbol kota penghasil susu kuda liar ini. Tepat sekali. Bagi para petualang, memiliki daya tahan yang tinggi merupakan bekal utama dalam perjalanan, mengapa tidak menyempatkan diri mencoba langsung gurihnya susu kuda liar khas Sumbawa yang tempat pemerahannya terletak di Desa Saneo, Dompu ini. Konon, untuk merasakan manfaat nyata susu kuda liar yang disebut mampu meningkatkan stamina tubuh ini, disarankan untuk meminumnya ketika umur susu mencapai lebih dari 4 bulan (didiamkan tanpa terkena sinar matahari dan diminum tanpa ditambah es batu). Rasanya memang akan semakin kecut, tapi disanalah khasiat rahasianya terbukti. Harganya? Jangan ditanya, yang pasti lebih murah dibanding yang ditawarkan ketika sudah sampai di Pulau Jawa. Kuda liar sendiri merupakan kuda yang dipelihara untuk diperah susunya hanya saja para kuda tersebut dibebaskan untuk hidup bebas di alam liar dan mencari makan sendiri.

Suasana menempatkan susu kuda liar,
sumber.

Masyarakat Dompu sendiri gemar meminum susu kuda liar sembari dicampur madu (Oi Ani). Madunya tentu madu asli Dompu yang juga mewakilkan kualitas Madu Sumbawa dengan ciri khas teksturnya yang lebih kental dikarenakan daerah Sumbawa yang tandus dan kering. Nektar bunganya diklaim lebih bervariatif karena lingkungannya yang juga banyak ditumbuhi tanaman-tanaman obat seperti bidara, meranti, merando dan borneo. Madu lainnya yang tak kalah populer juga ada madu Tambora yang diambil langsung dari lereng gunung Tambora di Desa Kandindi Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu. Hm, kalau sudah begini dijamin energi dan semangat petualang Anda kembali penuh dan siap melanjutkan acara jelajah nusantaranya.

Suasana toko penjual madu Sumbawa.
Sumber

Berkunjung ke Dompu sudah wajib hukumnya untuk menikmati masakan warisan nenek moyang, ‘Timbu Dahi’. Timbu berarti nasi nambu, dikarenakan proses pengolahannya dimana beras ketan bercampur santan kelapa dimasukkan ke dalam bambu dan kemudian di bakar menggunakan arang hingga bambunya gosong. Rasanya lunak namun gurih. Nah, menikmatinya paling mantap jika dibarengi ‘Dahi’ atau tape ketan, bisa ketan putih ataupun ketan hitam. Ketan dimasak setengah matang lalu dikacolu- yang berarti dianginkan hingga dingin, lalu ditaburi dengan ragi halus, dibungkus rapat-rapat selama satu hingga dua hari sebelum dihidangkan. Citarasanya yang kecut mampu melengkapi kerenyahan Timbu. Cobalah menikmati hangatnya Timbu pas malam hari, dijamin selera makan tidak mau berhenti!

Timbu Dahi. Sumber

Pagi hari sebagai sarapan, Anda bisa mencoba Sako-sako, makanan menyerupai pasir laut berbahan tepung beras dan kelapa yang disangrai, dinikmati dengan taburan gula pasir mampu menyegarkan tubuh serta mengenyangkan perut. Sako-sako ini biasanya dijadikan bekal bagi para penduduk Dompu karena tahan lama, bahkan ada yang bilang hingga berbulan-bulan!

Sepi Tumis. Sumber

Belum puas sampai disitu, menyantap nasi panas dengan abon ikan marlin akan menjadi kenikmatan tersendiri di bawah terik matahari Dompu, bisa juga dijadikan oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat. Ikan marlin adalah ikan laut yang sering ditemui di kawasan laut Dompu. Masih membahas makanan laut, ada juga tumis sepi bou, yang berbahan dasar dari udang rebon kecil, dimakan sambil dicocol sambal doco fo’o yang berisikan irisan tomat, timun, daun kemangi, cabe rawit, bawang merah, mangga muda akan semakin mewarnai hari-hari di Dompu. Rasa pedas dan masam khas Dompu ini terbukti menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang baru pertama kali singgah di Dompu.

Sambal Doco. Sumber

Sebagai camilan sore, sepertinya Uwi Sangowo/Sabadi bisa dijadikan pilihan yang pas. Walau tampilannya terkesan hanya ‘ubi bakar‘ biasa, ternyata keunikannya berada pada ‘toa’, wadah tempat pembuatannya yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain. Proses pembuatannya sendiri cenderung mudah, pertama-tama ubi/kacang dicuci lalu direndam dengan air garam selama 5 menit. Lalu dikeringkan dan dimasukkan ke dalam toa sambil ditutup daun pisang muda. Selanjutnya, posisi toa dibalik baru dibakar selama 20-30 menit. Menarik, ya? Untuk minumannya bisa ditemani dengan kopi tambora yang citarasanya sudah mendunia. Produksi kopi yang kegurihan rasanya diperkirakan karena pengaruh letusan gunung tertinggi pulau Sumbawa ini sudah menjadi salah satu sumber penghasilan utama warga Dompu, dengan jumlah hampir mencapai 95 ton per tahun.

Wah, membicarakan kuliner sepertinya tidak akan ada habisnya, jika terus dilanjutkan masih ada buah kinca (kawis), lalu sajian uta palomara londe (bandeng kuah santan), uta maju (daging rusa), saronco peke (asam-asam tulang iga sapi), uta mbeca ro’o parongge (sayur daun kelor), manggemada (gulai jantung pisang), dan masih banyak lagi. Sehingga mari kita sekarang bergegas saja memulai petualangan mengunjungi obyek pariwisara di Dompu.

Mengunjungi Pesona Keindahan Dompu


Berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa dan Teluk Saleh di barat, Kabupaten Bima di utara dan timur serta Samudera Hindia di selatan, kota Dompu memiliki menyimpan segudang keindahan di dalamnya, mulai dari hamparan pasir pantai dengan aliran air lautnya yang memantulkan cahaya kristal-kristal garam, gagahnya pegunungan yang memikat pendaki untuk berdatangan, serta pulau-pulau kecil tempat peristirahatan yang menenangkan batin. Semuanya merupakan pesona yang membuat kita patut bangga menjadi warga Indonesia. Yuk, mari kita kenali beberapa di antaranya.

1) GUNUNG TAMBORA


Tinggal dua tahun lagi menjelang perhelatan “Tambora Menyapa Dunia 2015” yang diprakarsai oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sebuah peringatan dua abad sejak terjadinya letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Sungguh dunia pernah dibikin terpana oleh kedahsyatan Yang Kuasa melalui Gunung Tambora ini. Produksi lavanya yang mencapai 160 km3 menewaskan lebih dari 75 ribu jiwa membuat peristiwa ini sempat dicatat dalam daftar “The Largest Eruption in recent History” (letusan gunung berapi terbesar sepanjang sejarah). Letusan ini membawa dampak global berupa perubahan iklim di seluruh muka bumi, sejarah menamakannya “A Year Without Summer“, dimana suhu global turun dua derajat menjadikan musim dingin berkepanjangan di seluruh bumi belahan utara dan menggagalkan seluruh hasil panen dunia. Konon, disebut-sebut kekalahan Napoleon dari Rusia karena putusnya rantai logistik akibat letusan puncak tertinggi Sumbawa ini.  Nah, uniknya, hadirnya “Tambora Menyapa Dunia 2015” bukanlah sebuah acara yang terkesan berduka, melainkan  berniat mengajak masyarakat global untuk lebih mengenal Sumbawa; potensi dan pariwisatanya salah satunya melalui Gunung Tambora, sebagai wisata unggulan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kawah Gunung Tambora. Sumber.

Terletak di dua kabupaten, Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut) dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), gunung yang semulai memiliki ketinggian 4.200m sebelum letusan dan menjadi 2.850m setelah meletus merupakan salah satu obyek wisata yang sudah akrab bagi para pendaki gunung ataupun pecinta alam. Walaupun banyak pendapat mengatakan gunung Tambora cukup ramah bagi pendaki pemula, tetap saja para petualang harus memerlukan persiapan yang matang. Jalur umum untuk melakukan pendakian biasanya berasal dari Desa Pancasila, desa terakhir yang dilalui angkutan umum dan berjarak sekitar 5 jam dari Dompu.

Perjalanan menuju puncak Tambora penuh dengan vegetasi padang rumput yang luas, perkebunan kopi, coklat dan jambu mete. Tidak perlu khawatir tersesat karena sudah banyak berdiri pos-pos perhentian dengan sumber air bersih dan shelter untuk beristirahat. Mendekati kawasan bibir kawah, vegetasi banyak diisi dengan pepohonan cemara, Anda juga disarankan untuk memakai kacamata hitam untuk melindungi dari terik matahari dan pasir halus yang beterbangan tertiup angin. Puncak Tambora 2850 mdpl ditandai dengan pondasi beton dan tiang bendera, disanalah para petualang bisa menyaksikan keindahan kawah Tambora yang membentang luas.

2) PULAU MOJO

Pulau Mojo. Sumber.

Nanga Tumpu (Teluk Saleh) adalah kawasan yang terdiri dari pulau-pulau kecil yang disebut Nisa meliputi: Nisa Pudu, Nisa Rate, Nisa Maja, dan Nisa Kodo. Adalah Nisa Maja atau Pulau Mojo yang terletak di mulut Teluk Saleh, sebelah selatan semenanjung Sanggar -semenanjung bentukan Tambora, merupakan pulau kecil nan eksotis. Pulau ini merupakan kawasan Konservasi Taman Buru dan Taman Wisata Alam Laut dimana di sekitarnya dikelilingi oleh terumbu karang yang indah dan merupakan hunian bagi 21 jenis kelelawar, burung, macaque, babi liar, rusa dan ular. Selain itu juga terdapat 86 spesies burung Sumbawa yang beberapa diantaranya masuk dalam kategori langka.

Salah satu resort di Pulau Moyo.
Sumber

Tertarik mengunjungi gua kelelawar? Anda bisa menuju gua Ai Manis yang harus dicapai dengan sedikit memanjat tebing. Lanjutkan trekking untuk sampai ke tengah pulau, Anda akan berjumpa dengan Air terjun Brang Rea (Sungai Besar). Bagi pecinta snorkeling atau menyelam, menyaksikan keindahan taman laut dengan formasi karang lunak dan keras yang masih berkeadaan baik merupakan hal yang sayang untuk dilewati. Anda bisa bertemu langsung dengan hiu dengan panjang kurang lebih dua meter, anemon, pelagik, belut, groupers bahkan manta, semua ada. Jika ingin melanjutkan diving, Anda bisa melakukannya di Pulau Medang, arah barat laut pulau Mojo.

Perjalanan menuju Pulau Moyo cukup mudah, melalui jalan darat dapat ditempuh dari Sumbawa Besar ke Ai Bari, kampung pesisir yang terletak sekitar 20 kilometer sebelah utara Sumbawa Besar. Kunjungan terbaik yaitu pada musim kemarau: bulan Juni-Agustus, tetapi waktu terbaik untuk berkunjung adalah pada bulan Juni dan Juli meskipun gelombang air laut mulai tenang dari April. Hanya saja untuk menikmati seluruh rangkaian keindahan di tempat ini, Anda memerlukan dana yang cukup lumayan. Tidak salah jika pengunjung pulau ini didominasi oleh kalangan mancanegara, bahkan mendiang Lady Diana dan musisi Mick Jagger disebut-sebut pernah beristirahat di sini!

3) DANAU SATONDA

Danau Satonda. Sumber

Danau Satonda terletak di tengah pulau Satonda, 3 kilometer dari semenanjung Sanggar di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini yang mana masih termasuk wilayah Kabupaten Dompu, NTB. Pencapaiannya dapat dilakukan dengan perahu cadik bermotor dari desa terdekat, Desa Nangamiro selama 1 jam. Asyiknya, jika beruntung Anda bisa menyaksikan aksi lumba-lumba yang melintasi perairan Laut Flores selama perjalanan. Keunikan danau ini adalah rasa airnya yang asin seperti air laut. Walau banyak yang beranggapan hal ini disebabkan percampuran airnya dengan air laut saat gunung Tambora meletus, tetap saja banyak peneliti yang masih bertanya-tanya untuk memastikannya.

Pulau Satonda dari udara. Sumber

Pada tepian danau Satonda sendiri banyak ditemukan sebaran luas terumbu gampingan stromatolit (batuan berlapis yang dibentuk dari penggabungan sedimen mineral menjadi hamparan mikroba), organisme pertama di bumi yang menghembuskan oksigen. Adanya stromatolit di Satonda menjadi sangat menarik dan fenomenal karena di masa sekarang tidak pernah dijumpai lagi perkembangannya, menunjukkan danau ini memiliki lingkungan yang menyerupai lautan purba.

Di Pulau Satonda sendiri, para petualang juga bisa melakukan aksi snorkelingnya, karena memang pulau ini telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut (TWAL) pada tahun 1999. Dengan hamparan pasir putih, pulau ini memiliki dasar perairan yang landai di bagian timur dan selatan, serta curam di bagian utara dan barat. Kawasan ini terbukti memiliki potensi kekayaan dan keindahan bawah laut.

4) PANTAI LAKEY

Left-Hander wave di Pantai Lakey. Sumber.

Lagi-lagi pantai, pasti begitu pendapat Anda. Tunggu dulu, pantai yang satu ini spesial! Pantai yang terletak di kecamata Hu’u ini berjarak sekitar 30 menit dari kota Dompu ini sudah dikenal di mata dunia sebagai salah satu tempat para peselancar dunia berkompetisi karena gulungan ombaknya yang konsisten tidak terpengaruh musim. Walaupun ombaknya terbilang tidak terlalu tinggi (sekitar 6-8 meter) tapi keunikannya terletak pada sapuan arah ombaknya yang dari kiri ke kanan -atau lebih dikenal dengan ombak kidal/left hander wave, yang membuat para peselancar dunia tertantang untuk menguji kemampuannya dalam menaklukkan ombak ini. Ombak di pantai Lakey terdapat empat jenis; Lakey Peak (yang terhebat dan tertinggi), Cobble Stones, Lakey Pipe dan Periscope.

Salah satu goa Jepang.
Sumber.

Tidak bisa berselancar? Anda bisa mencoba berenang menuju lepas pantai sambil tentunya berhati-hati dengan kegarangan ombaknya dan batu karang di sekitaran pantai. Anda bisa juga snorkeling melihat keindahan taman laut karena air lautnya masih tergolong bersih dengan banyaknya terumbu karang. Kegiatan lainnya adalah berjalan-jalan di sekitar garis pantai menuju bukit mengunjungi goa peninggalan Jepang sambil memandangi pemandangan pantai. Di sana juga bisa ditemui Situs Nangasia, sebuah situs bersejarah yang menandai kemjuan peradaban Dompu sejak tahun 4.500 sebelum Masehi. Lalu juga ada  obyek wisata Air Panas Lamea serta Kampung Purna sebagai kampung tertua penduduk asli Dompu

Kegiatan memancing juga dapat dilakukan dengan menggunakan perahu sewaan. Sambil mengarungi perairan di sekitar Pantai Lakey, Anda dapat singgah di sebuah pantai kecil lainnya tepat di seberang pantai Lakey. Pantai Ria, namanya, dengan pasir pantai yang kehitam-hitaman Anda penyuka fotografi dapat menikmati pantai Lakey dari sudut pandang yang berbeda.

Selain keempat tempat yang saya sebutkan di atas, masih banyak lagi kawasan menarik di kabupaten Dompu yang tentunya juga sebaiknya tidak dilewatkan jika rekan petualang memiliki waktu yang lebih: pemandian air panas Nanga Doro, hutan lindung Mada Prama, kota penghasil kayu Calabai, dan masih banyak lagi.

Mengenal Kebudayaan dan Penduduk Dompu


 

Rimpu, pakaian tradisional kaum wanita Dompu.
Sumber.

Suku Dompu tersebar di 4 kecamatan, yakni kecamatan Huu, kecamatan Dompu, kecamatan Kempo dan kecamatan Kilo. Mereka berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Dompu yang kadang disebut juga sebagai bahasa Nggahi Mbojo. Menurut cerita asal-usul Dompu, dahulu kala di daerah ini merupakan salah satu daerah bekas kerajaan, yaitu Kerajaan Dompu yang kemudian diperkirakan merupakan salah satu kerajaan tua.

Suku Dompu memiliki bangunan rumah tradisional, yaitu Uma Jompa dan Uma Panggu. Uma Jompa berfungsi sebagai lumbung padi. Sedangkan Uma Panggu adalah rumah yang terbuat dari kayu atau papan dan berbentuk panggung. Berdasarkan konstruksinya, Uma panggu dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, Uma Ceko yang merupakan rumah asli Dompu, kedua, Uma Pa’a Sakolo yang dibawa masyarakat migran Bugis yang dibangun di daerah pesisir

Uma Panggu, sumber.

Salah satu kerajinan budaya, yang terkenal dari Dompu, adalah kain tenun Muna, yaitu kain songket Dompu atau Tembe Nggoli. Walaupun produksinya terkesan sama seperti Lombok dan Sumbawa, namun nilai budaya yang terkandung di dalamnya sangat tinggi dan terus turun-temurun antar generasi. Setiap perempuan Dompu wajib untuk bisa menenun dan tiap rumah wajib mempunyai perangkat alat tenun. Kain tenun Dompu ini sudah terkenal karena keindahan dan kehalusan kainnya jadi jangan lupa sisihkan dana Anda untuk membawanya sebagai oleh-oleh.

Nika Ra Nako. Sumber.

Tradisi upacara adat juga masih sering ditemui di wilayah penduduk asli Dompu, misalnya dalam upacara perkawinan Nika Ra Nako (perkawinan untuk rakyat biasa) dan Campo ra kaboro (perkawinan bagi kaum bangsawan) terdapat Teka Ra Ne’e (kegiatan menumbuk padi secara beramai-ramai ditempat berlangsungnya perkawinan, Kapanca (yaitu upacara memberi rias titik-titik putih atau hitam pada dahi dan telapak tangan pengantin wanita), Lafa (akad nikah yang menurut faham dan anutan masyarakat Dompu), Nenggu (menunggu kedatangan suami untuk duduk bersanding), Tawori ro Pamaco (pemberian selamat disertai hadiah). Untuk upacara kehamilan juga ada Salama Loko (membetulkan letak bayi untuk usia kandung 7-8 bulan, Cafi Sari (membersihkan lantai dari bekas-bekas persalinan), setelah proses kelahiran akan diadakan Boru (mencukur rambut bayi dengan mencukur rambutnya dan menyentuhkannya dengan tanah, Suna Ra Ndoso (acara sunatan bagi seorang anak), dan masih banyak lagi. Jika berkesempatan mungkin para petualang bisa ikut menyaksikannya.

Penduduk Dompu juga masih taat dalam mengenakan pakaian adat mereka di tengah kehidupan sehari-hari. Untuk wanita, mengenakan celana panjang sampai pangkal betis, baju kuru lengan panjang. Ketika keluar rumah memakai tenunan tembe nggoli atau tembe bali mpida dan to’du me’e. Pada saat menghadiri acara maka biasanya memakai Rimpu. Rimpu sendiri terdiri atas dua macam, yaitu: Rimpu Colo, untuk wanita yang sudah menikah dan Rimpu Mpida untuk wanita yang masih gadis atau remaja. Pakaian kaum laki-laki cenderung lebih sederhana yaitu memakai katente tembe seperti model celana pendek dari kain, badan diselubungkan dengan weri ditambah sambolo. Pakaian ini biasanya dipakai ketika ke sawah, ke gunung dan kesehariannya. Seiring perkembangan mereka mulai mengenakan baju koko, tembe dan sarowa dondo (sumber).

Pacoa Jara di Dompu. Sumber.

Budaya lainnya yang lekat dengan masyarakat Dompu adalah Pacuan Kuda ala Dompu, Pacoa Jara, di mana puluhan joki cilik berusia lima tahun sudah berani berkompetisi balap dengan kuda jagoan mereka. Kegiatan ini biasanya dilakukan di Arena Pacuan Kuda Tradisional, Desa Lepadi, yang terletak sekitar 5km di bagian selatan kota Dompu tapi seringkali juga diadakan di pantai Lakey. Seru, ya?

Tari Sampela Ma Rimpu. Sumber.

Jika Anda menginginkan bentuk kebudayaan lain yang mencerminkan keindahan dan keanggunan, beberapa tarian khas Dompu bisa menjadi hiburan tersendiri, seperti Tari Sampela Ma Rimpu, yang menceritakan sampela Dompu yang hendak pergi mandi ke suatu telaga dengan rimpu kain yang berwarna warni, lalu Tari Mama Ra Isi, menceritakan gadis-gadis Dompu mempersiapkan mama ra isi menjelang kedatangan tamu, juga tak kalah menariknya Tari Muna Ra Medi, yang mengisahkan cara menenun mulai dari proses pembersihan kapas kemudian membuat benang dari kapas hingga menjadi selembar kain, mencerminkan gadis-gadis Dompu yang senantiasa mempertahankan, mengembangakan, melestarikan dan mempromosikan hasil tenun.

Ayo ke Dompu!


Nah, kira-kira itulah sebagian pesona penuh potensi yang dimiliki Kota Dompu yang bisa saya bagikan melalui tulisan ini. Bagaimana, apa Anda tertarik untuk ikut berpetualang juga? Menulis tulisan ini benar-benar semakin membuka mata saya bahwa keindahan alam Indonesia hampir tersebar di seluruh penjuru negeri! Bukan hanya di pulau-pulau besar utama Indonesia, tapi siapa yang mengira, di sebuah kota yang hanya seluas 2.321,55 km2 dan berpenduduk 218.973 jiwa (2010) ini menyimpan begitu banyak rahasia pesona yang bahkan bagi orang Indonesia sendiri masih terkesan asing.

Leave a comment